Senin, Desember 16, 2024
Kegiatan

Mahasiswa Unsri Palembang Melakukan Penelitian Hutan Adat Mapor Bangka Belitung

Bangka, PrabuRI.com – Mahasiswa UNSRI melakukan Penelitian hutan adat mapor di hadiri berbagai tokoh masyarakat Budayawan dan Sejarahwan Bangka Belitung Akhmad Elvian, Pamong Kebudayaan Babel Ali Usman, Ketua Adat Lembaga Adat Mapur Abok Gedoi, Ketua Harian Lembaga Adat Mapur Asi Harmoko, Bendahara Lembaga Adat Mapur Silawati, Ketua Bidang Adat Lembaga Adat Mapur Johan (Bukim), Dusun aik abik desa gunung muda kec. Belinyu Bangka, sabtu (04/02/2023).

Suku Mapur yang merupakan Suku Melayu tertua di Pulau Bangka selama ratusan tahun hidup di dalam hutan Kawasan adat Suku Mapur yang tersisa yaitu Benak, kawasan hutan yang berada di kaki Gunung Pelawan dan Gunung Cundong, serta hutan di pesisir (mangrove), yang membentang dari Tanjung Samak, Tanjung Tengkalat, hingga Gunung Tuing.

Suku mapor sendiri biasa di sebut Suku Lom dimaknai sebagai kelompok masyarakat yang belum mengenal agama (Agama yang diakui negara) mayoritas penduduk Suku Lum Desa Mapur kurang lebih berjumlah sekitar 2.511 jiwa kemudian memeluk agama yang diakui oleh negara Mereka membaur dengan etnis Tionghoa Suku Lom tersebar di Air abik, Dusun Pejem dan Dusun Tuing (Riau Silip dan Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka) atau di antara Gunung Muda dan Gunung Pelawan Mereka hidup dari dataran tinggi hingga pesisir.

Kedatangan leluhur Suku Lom dari abad lalu ke Pulau Bangka, berbagai versi mengenai asal Suku Lom berdasarkan cerita yang dituturkan kepada keturunannya.

” Ada menyebutnya dari Kerajaan Funan (Vietnam), pelarian dari Mojokerto, Jawa Timur, serta pelarian dari Kedatuan Sriwijaya ketika terjadi wabah lepra atau kusta di Sumatra, ” tulis Rahmadi R dalam Perairan
Suku Lom juga dipercaya keturunan dari Akek Antak (Kakek Antak), legenda di Pulau Bangka Dia sendiri sebagai manusia sakti yang hidup pada abad 10 Jejak keberadaanya ada di sejumlah artefak batu granit, baik berupa telapak kaki, topi, dan lainnya.

Masyarakat adat Suku Lom meyakini gunung, hutan, sungai, bumi, langit dan hewan yang merupakan bagian dari alam semesta dan menyatu dengan roh nenek moyang mereka sehingga harus dihargai, Suku Lom juga mempunyai roh atau kekuatan, yang mengawasi manusia dan perbuatannya, Bencana akan menimpa apabila manusia melanggar keselarasan alam.

Suku Lom juga memiliki tradisi upacara nujuh jerami setelah panen dan upacara pemakaman yang sangat unik Ada juga ritual khusus dalam pemakaman Suku Lom Jenazah harus menghadap ke arah – arah tertentu kepala menghadap ke Timur kaki ke arah Barat dan wajahnya menghadap ke Gunung MarasTempat mereka dimakamkan menjadi hutan adat yang tidak boleh diganggu karena area hutan ini disakralkan orang Mapur.

Selain budaya, persoalan yang mengancam Suku Lom saat ini adalah konflik tenurial yang berlangsung sejak beberapa dekade terakhir ini Misalnya di Dusun Air Abik, di mana mereka tidak mampu menjaga hutan adat dari ekspansi perusahaan perkebunan sawit dan penambangan timah.

Warga bisa hidup damai dan bahagia bisa menyekolahkan anak mereka dari hasil perkebunan, dari pada merusak alam dengan menambang timah, lestarikan budaya, Suku, dan alam di kawasan hutan di Bangka Belitung.

(NP)

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *