Kegiatan PIP ber- SPK dilaut Rias Meresahkan NelayanAmsal Pattimbangi Direktur LKPI propinsi Babel Menyatakan Akan Membawa Keluhan Nelayan Sampai KePusat
Basel,26/05/2023
Ramainya penolakan nelayan toboali khususnya nelayan laut Rias Toboali kab.Bangka Selatan dan berujung aksi damai masyarakat nelayan ,membuat Direktur Lembaga Kelautan dan Perikanan Indonesia (LKPI) Babel Amsal Pattimbangi geram dengan arogansi pemilik IUP yaitu PT Timah Tbk.
“Menurut Amsal PT Timah Tbk saat ini harusnya melakukan sosialisasi dengan baik secara langsung kemasyarakat terdampak yaitu nelayan dan jangan terkesan arogan dan lepas tangan apalagi mengunakan mitra kerjanya untuk melakukan sosialisasi kemasyarakat dan bahkan mengeluarkan SPK PIP diwilayah tangkap nelayan tanpa mendapatkan feedback dari masyarakat nelayan sebagai masyarakat terdampak langsung.
PT Timah Tbk ini membandel dengan melanggar regulasi yang ada dari aturan penetapan PKPRL dan ternyata pihak KKP pun tidak dilibatkan dalam menentukan batas wilayah penambangan laut dan menggunakan aturan dan regulasi sepihak tentang batas Ruang laut .
Apalagi diPKPRL jelas untuk kegiatan tambang laut berjenis PIP atau ponton isap produksi tidak mengantungi izin kerja selain kegiatan tambang Berjenis Kapal keruk dan KIP.
Jadi jelas PT.Timah Tbk sudah melanggar aturan yang telah dituangkan dalam PKPRL tersebut.
Minggu kemaren kita sudah sampaikan kepada pihak DKP provinsi Babel dan jajarannya,setelah sebelumya Direktur Eksekutif LKPI pusat Ayub Faidiban juga mengunjungi Babel dan melakukan audensi dengan PJ . Gubernur Babel terkait penambangan diwilayah laut Pesisir sesuai laporan pihak nelayan melalui LKPI propinsi Babel terkait Aktivitas Tambang Yang melanggar aturan yang berlaku dalam PKPRL.
Kami LKPI Babel dengan kejadian dilaut Rias Toboali ini merasakan bagaimana penderitaan nelayan dan sangat memahami akal akalan pemilik IUP untuk terus berusaha mengambil kekayaan cadangan timahnya dengan berbagai cara.
Bahkan dengan aksi premanisme melakukan sosialisasi kemasyarakat yang mengaku sebagai nelayan guna mendapatkan dukungan untuk bisa melakukan ekploitasi laut pesisir dan berada di wilayah tangkap nelayan.
Hal ini juga terjadi dimuara nelayan 2 Sungailiat kab .Bangka ,Pantai Lepar Belinyu,Bangka , Pantai Benteng kota Tempilang ,Bangka Barat ,dan sekarang di daerah Laut Rias Toboali yang sangat dijaga para nelayan, yang tahun lalu juga telah terjadi aksi nelayan turun menghalau ponton ponton Isap yang masuk ke wilayah laut Rias Toboali dan sempat viral .
Jangan lah mengunakan cara-cara yang tidak prosedur dan melanggar regulasi terutama terkait batas wilayah atau Ruang laut yang sudah ditetapkan .
Dalam kejadian dilaut Rias Toboali ini,saya berjanji akan membawa persoalan nelayan ini kepemerintah Propinsi Babel yaitu kepada Pj.Gubernur Babel ,Kapolda Babel dan jika tidak ditindak lanjuti akan kita laporkan ke Kapolri, Ke Menkopolhutkam dan instansi terkait .
Juga khususnya ke pihak DKP kabupaten dan propinsi Babel agar segera bertindak dan menegur pihak PT.Timah Tbk agar patuh dan tidak bandel lagi dalam melakukan kegiatan ekploitasi tambang laut.
Seharusnya PT Timah mengandeng nelayan dan bersosialisasi dengan baik dan jangan seolah olah mengunakan pihak lain yang mengaku sebagai perwakilan nelayan dan bertindak secara arogan dan tentunya akan menimbulkan gejolak sosial dimasyarakat dan berujung basel ini tidak kondusif dan nelayan juga punya hajat hidup dilaut yang selama ini mereka jaga untuk anak cucu kedepan.” Tutup Amsal